KETAPANG (TANJUNGPURANEWS) – Penggunaan anggaran di dinas
Pariwisata dan Kebudayaan (Parbud) tahun 2024 mencurigakan. Pasalnya, terdapat
temuan kegiatan terkesan ‘banyak untung’ karena berpeluang di mark up.
Narasumber yang meminta disembunyikan identitasnya
mengungkapkan, anggaran itu adalah kegiatan pembuatan film pendek sebesar Rp 1
miliar dan kemah wisata religi sebesar Rp 400 juta.
"Ini kan tidak masuk akal sekali, anggarannya besar
tapi hasilnya membuat kita tercengang. Parah," ungkapnya saat berbicara di
salah satu kedai kopi beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, kedua jenis pekerjaan itu dilakukan saat
Pemda Ketapang mengadakan event Napak Tilas tahun 2024 atau Napak Tilas Jilid
2.
Dimana anggaran 1 miliar diduga hanya menghasilkan potongan
potongan video singkat rangkaian kegiatan Napak Tilas.
Vidio itupun kemudian disebar di akun medsos milik Pemda dan
dinas Parbud.
Salah satu video yang diperoleh media adalah video film
pendek bertemakan kemah berdurasikan 1,21 detik.
Beberapa vidio itu kemudian disebar di akun medsos milik
Pemda dan dinas Parbud, salah satunya video kegiatan kemah wisata.
Berdasarkan informasi yang diterima, perkemahan pramuka
dilakukan di lapangan Kecamatan Tumbang Titi
18-19 September 2024 bertemakan "Kemah Wisata Religi".
Peserta kemah adalah pelajar dan remaja dari beberapa
sekolahan seperti dari kecamatan Matan Hilir Selatan, Kendawangan, Tumbang Titi
dan Singkup dengan total sekitar 100 orang peserta.
Parahnya lagi, dari total peserta tersebut hanya mendapatkan
makanan ringan atau snack dan makan tanpa embel-embel lainnya.
Kedua kegiatan ini dikerjakan memakai jasa vendor yang diperoleh
dari pemilihan langsung melalui proses elektronik catalog (e-catalog).
Isu tak sedap proses pemilihan inipun kemudian mencuat,
salah satunya adalah adanya pelaksana yang diduga kawan baik oknum pejabat di
lingkaran Pemda Ketapang.
"Iya salah satu penggiat, juga pejabat struktural yang
posisinya cukup penting di Pemda Ketapang," kata dia.
Lantaran menggunakan APBD yang begitu gemuk dengan hasil
yang dinilai tidak semestinya, ia meminta agar dilakukan kajian atau
pemeriksaan terhadap penggunaan perkemahan dan film pendek berdurasi 1,21 detik
tersebut.
“Harus, karena kedepan pasti akan ada lagi hal semacam ini. Makanya harus diperiksa yang bersangkutan itu. Kan mustahil anggarannya besar, tapi hasilnya tidak masuk akal,” cetusnya. (NAD)
Social Header